Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni Insan P Tobing bercerita sulitnya menjalankan bisnis perkapalan di masa pandemi Covid 19. Hal itu disampaikan dalam diskusi daring bertema Industry Round Table "Surviving The Covid 19, Preparing The Post" Transportation Industry Perspective, Jumat (19/6/2020). "Kami bersyukur manajemen sebelumnya sudah menggeser bisnis ke kargo sejak 2015. Dan kebetulan 2016, Pelni mendapat PMN (penyertaan modal negara,red) untuk membeli kapal barang yang dijadikan program tol laut," ujar Insan.
Ia mengatakan imbas dari pandemi Covid 19 membuat pergerakan orang sangat terbatas sehingga volume kapal penumpang tidak sanggup menutupi biaya operasional. "Kalau Garuda Indonesia bilang masih ada 10 persen penumpang, kita mungkin tinggal 1 persennya karena ketatnya peraturan perjalanan. Karena itu kami memaksimalkan beberapa kapal penumpang untuk mengangkut barang," tuturnya. Insan mengatakan dengan segala keadaan yang miris ini, dia terpaksa mengambil langkah portstay.
Menurutnya ada sekitar 26 kapal penumpang berukuran besar dengan daya angkut 1.000 orang yang tidak beroperasi di beberapa pelabuhan. Namun, langkah portstay ini dianggap Direktorat Perhubungan Laut tidak mendukung penugasan dari pemerintah untuk menjaga konektivitas jalur laut. "Alhasil kami tidak portstay tetapi stand by di beberapa pelabuhan seperti Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, dan pelabuhan Makassar," tuturnya.
Dia menuturkan pada April menjelang hari raya, Pelni hanya membawa penumpang 523 orang dari biasanya 150 200 ribuan penumpang. "Hampir 69 persen armada Pelni itu adalah menjalankan penugasan dari pemerintah. Kondisi seperti ini harus kita hitungkan yang nanti menjadi beban biaya pemerintah," pungkasnya. Lebih lanjut, Insan menyebut kondisi terberat bagi perseroan pada saat awak buah kapal Pelni yang diberitakan terpapar virus di beberapa pelabuhan.
Ironisnya kemudian kapal kapal Pelni disebut menjadi klaster penyebar virus corona yang akhirnya beberapa kapal harus di karantina.