Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia belum siap mengakui Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat. Putin juga juga mengaku belum siap bekerja dengan peipin AS mana pun. "Kepercayaan itu hanya bisa diberikan kepada kandidat yang kemenangannya diakui oleh pihak lawan atau setelah hasilnya dikonfirasi dengan cara yang sah dan legal," papar Putin.
Komentar Putin ini disebut yang paling rinci sejak pemilihan presiden AS 3 November 2020 kemarin. Pada Pilpres AS 2016 lalu, Rusia dituduh badan intelijen AS melakukan intervensi untuk membantu Trup terpilih. Rusia disebut 'waspada' atas kemenangan Biden dan khawatir akan peningkatan tekanan sanksi dan bentrokan mengenai hak asasi manusia.
Putin menggambarkan keputusan Kremlin untuk tidak memberi selamat kepada Biden sebagai "formalitas" tanpa motif tersembunyi. Ketika ditanya apakah langkah itu dapat merusak hubungan AS Rusia, dia berkata: "tidak ada yang dirugikan, mereka sudah hancur." Para pemimpin dunia yang merupakan sekutu besar AS di Eropa, Asia dan Timur Tengah berbondong bondong mengucapkan selamat kepada Joe Biden.
Tetapi, beberapa pemimpin dunia sampai saat ini masih bungkam atas kemenangan Joe Biden. Mereka di antaranya Rusia, Brasil, Meksiko, Slovenia hingga Korea Utara. Sepertinya, lima pemimpin negara tersebut lebih berhati hati dan menahan ucapan selamat mereka. Sebagian pemimpin mengaku, memilih menunggu dan mengikuti kebiasaan yang biasa.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan, dia akan menjadi pemimpin pertama di dunia yang memberi selamat kepada Donald Trump. Tapi, Bolsonaro sampai saat ini masih bungkam karena ternyata yang menang Pilpres AS 2020 adalah Joe Biden. "Saya pikir Presiden (Jair Bolsonaro) tengah menunggu kecuragan suara ini diselesaikan," ungkap Wakil Presiden Hamilton Mourao kepada wartawan.
Bolsonaro kabarnya, akan memberikan selamat kepada Joe Biden "pada waktu yang tepat" sembari mengamati apa yang terjadi pada tuntutan hukum Donald Trump. Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengulangi sikapnya sebelumnya.. Lopez Obrado&;mengatakan, dia mengaku akan mengucapkan selamat kepada pemenang Pilpres AS setelah sengketa hukum diselesaikan.
"Bagaimana seorang Presiden Meksiko menjadi hakim dan berkata 'Kandidat ini menang'?," tanya Lopez Obrado dalam konferensi pers. Dia secara singkat menyebut Biden sebagai "kemungkinan presiden terpilih", sebelum menekankan Meksiko tidak memihak. Hingga saat ini belum ada tanggapan atas hasil kemenangan Joe Biden dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.
Pada Senin (9/11/2020), media pemerintah Korea Utara dilaporkan masih bungkam tentang Pilpres AS. Sebelumnya, pada Pilpres AS 2016, Pyongyang tidak menyinggung soal kemenangan Donald Trump hingga dua hari setelah hari pemilihan. Di masa lalu, Kim Jong Un pernah menyebut Biden "orang bodoh dengan IQ rendah".
Sementara itu, Joe Biden menggambarkan Kim Jong Un sebagai "preman". Pemimpin Partai Demokrat Slovenia yang dikenal sebagai anti imigrasi sayap kanan,secara prematur memuji Donald Trump sebagai pemenang pemilihan jauh sebelum penghitungan suara hampir selesai. Saat ini, Janez Jansa belum memberi selamat kepada Biden.
Jansa mengulangi tuduhan kecurangan pemilih yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Dia telah mengunggah cuitan di Twitter yang menegaskan, bagaimana pun, Slovenia mengharapkan "hubungan persahabatan" dengan Washington. Secara terpisah, China yang sempat bungkam telah mengakui kemenangan Joe Biden pada Jumat (13/11/2020).
China memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya, hampir seminggu setelah dia dinyatakan sebagai pemenang Pilpres AS 2020. "Kami menghormati pilihan rakyat Amerika," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin. Wenbin menambahkan, hasil Pilpres AS 2020 akan dikonfirmasi sesuai aturan hukum dan prosedur Amerika.