Kejatuhan pasar saham pekan ini membuat banyak investor dan trader di Bursa Saham Indonesia (BEI) menelan kerugian. Pasar saham kembali didera kecemasan setelah DKI Jakarta kembali melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat ambrol ke bawah 5.000, Kamis (10/9/2020). Meski kemarin IHSG sudah mulai menanjak, namun pasar saham masih dalam kondisi siaga dan rawan koreksi.
Tapi, penurunan harga saham ini justru dimanfaatkan sejumlah investor kelas kakap untuk mengail saham saham murah. Dengar saja kisah investor kawakan Lo Kheng Hong. "Selalu berinvestasi di masa buruk," kata Lo kepada KONTAN, Jumat (11/9).
Prinsip ini masih menjadi pegangan pria yang kerap dijuluki Warren Buffett Indonesia ini. Ia fokus berinvestasi saat pasar koreksi, kemudian menjual kembali di waktu yang tepat. Menurut Lo, kejatuhan bursa saham justru membuatnya menemukan saham perusahaan bagus dengan valuasi yang murah.
Namun, tidak semua investor punya mazhab seperti Lo. Sem Susilo, investor dan pengelola blog Saham Pemenang, memilih lebih berhati hati. "Ada satu hal yang tidak bisa diukur di bursa saham, yakni psikologi," ujar dia.
Menurut Sem, psikologi pelaku pasar seperti psikologi massa yang mudah diprovokasi. Efek kejut PSBB jilid II membuat harga mayoritas saham jatuh, meski saham tersebut tidak terdampak langsung PSBB. Ia mencontohkan saham pertambangan yang harganya turun.
"Ini tidak rasional," tutur Sem. Namun, karena penurunan tersebut tidak rasional, sifatnya hanya sementara. Artinya, masih ada optimisme di bursa saham.
Saran Sem, jangan agresif dan tergoda saham gorengan. Selain itu, jangan terlalu rakus dan mengincar profit taking terlalu tinggi. Jangan lupa juga selalu membatasi penurunan sebesar 5% untuk cut loss.
"Jangan ambil saham yang harganya sudah setinggi monas. Ini yang dimaksud risiko dibatasi tapi cuan jangan dibatasi," terang Sem. Investor lain, Soeratman Doerachman, juga menanggapi santai fluktuasi pasar saat ini. Pria yang akrab disapa Eyang Ratman ini menilai, kondisi saat ini dapat menjadi peluang bagi trader.
Sementara investor seharusnya tidak perlu khawatir dengan kondisi pasar saat ini dengan syarat portofolio investasi diisi saham emiten dengan fundamental bagus. Ratman juga memanfaatkan penurunan IHSG untuk berburu saham. "Jujur saya justrubuy on panic selling, karena saya yakin kemarin semua panik karena ada PSBB," jelas dia.
Ia mengaku membeli dua saham, namun tidak membeberkan saham apa. Strategi Ratman, bila investor masuk saat pasar berdarah, investor perlu menyiapkan mitigasi. Salah satunya dengan membeli saham dari perusahaan bagus yang harganya berada di bawah nilai wajar (undervalue).
"Jadi kalau harganya turun lagi tidak masalah, karena jangka panjang masih bagus," ujar dia. Dalam kondisi saat ini, Ratman menyarankan investor lebih lincah dalam menghadapi kenaikan dan penurunan pasar. Pada saat harga saham sedang turun, investor perlu belajar memilih saham yang memiliki fundamental bagus dengan hargaundervalue.
Sementara bagi trader, karena fluktuasi tidak dapat dihindarkan, maka perlu belajar analisa teknikal. Saat pasar naik, Ratman punya strategi sendiri. Jika dalam dua bulan harga saham naik 40%, maka investor bisa menjual kepemilikannya, karena keuntungan sudah jauh lebih besar dari bunga bank.
Analis memprediksi pasar saham masih berpotensi tertekan pekan depan. Ketidakpastian di pasar bakal menguat bila PSBB membuat roda ekonomi terhenti.